Rosela,
[1] rosella,
asam paya[2],
asam kumbang dan
asam susur atau
Hisbiscus sabdariffa, adalah
spesies bunga yang berasal dari benua
Afrika.
Mulanya bunga yang juga cantik untuk dijadikan penghias halaman rumah
itu diseduh sebagai minuman hangat di musim dingin dan minuman dingin di
musim panas. Di negeri asalnya,
Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang terkandung dalam kelopak rosela, sementara di
Jamaika,
dibuat salad buah yang dimakan mentah. Ada kalanya juga dimakan dengan
kacang tumbuk atau direbus sebagai pengisi kue sesudah dimasak dengan
gula. Di Mesir, rosela diminum dingin pada musim panas dan diminum panas
saat musim dingin. Di Sudan, menjadi minuman keseharian dengan campuran
garam, merica, dan tetes tebu. Minuman itu juga menghilangkan efek
mabuk dan mencegah batuk. Tak jarang, rosela juga dimanfaatkan untuk
diet, penderita batuk, atau
diabetes gunakan gula rendah kalori seperti gula jagung. Selain itu, bubuk biji bunga rosela juga dapat dijadikan campuran minuman kopi.
Penamaan
Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama
rosela atau
rosella sedangkan di Australia, rosela ini dikenal sebagai rosella atau buah rosella (
rosella fruit). Di belahan dunia lain rosela dikenal dengan
cannabinus hibiscus juga dikenal sebagai
meśta /
meshta di
India ,
Tengamora di
Assam,
Gongura dalam bahasa
Telugu,
Pundi di
Kannada,
LalChatni atau
Kutrum di
Mithila,
Mathipuli di
Kerala,
dagu baung di
Myanmar,
krajeab (
กระเจี๊ยบ) di
Thailand,
bissap di
Senegal,
Guinea Bissau,
Mali,
Burkina Faso,
Ghana,
Benin,
Niger,
Kongo dan
Perancis,
dah atau
dah bleni di bagian lain dari
Mali ,
wonjo di
Gambia,
zobo di barat
Nigeria,
Zoborodo di Nigeria Utara,
Chaye-Torosh di
Iran,
karkade (
كركديه) oleh
bangsa Arab seperti di
Mesir,
Arab Saudi, dan
Sudan,
omutete di
Namibia,
sorrel di
Karibia dan di
Amerika Latin,
Flor de Jamaica di
Meksiko,
Saril di
Panama,
rosela,
rosella,
roselle,
asam paya atau
asam susur di
Malaysia[2]. Bangsa Cina menyebutnya dengan 洛神花 (Luo Shen Hua). Di
Zambia dalam bahasa
ciBemba tanaman disebut
lumanda,
katolo dalam bahasa
kiKaonde, atau
Wusi dalam bahasa
chiLunda.
Produksi
Cina dan
Thailand merupakan produsen terbesar yang mengendalikan sebagian dari pasokan dunia
[3].
Thailand berani berinvestasi dalam memproduksi rosela dan produk rosela
mereka adalah termasuk ke dalam produk yang berkualitas unggul.
Sedangkan produk rosela di China tampaknya agak kurang unggul, kurang
terkontrol, kurang handal dan terpercaya dibandingkan dengan Thailand
[3]. Namun produksi rosela terbaik berasal dari
Sudan,
namun dengan kuantitas yang masih rendah dan pengolahan produk yang
buruk menghambat kualitas sehingga masih kurang maksimal. Rosela juga
diproduksi secara umum di
Meksiko,
Mesir,
Senegal,
Tanzania,
Mali dan
Jamaika yang juga termasuk dalam pemasok penting, namun akan tetapi produksi tersebut masih dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri.
[3]
Di anak benua
India khususnya di wilayah
Delta Sungai Gangga, rosela banyak dibudidayakan sebagai serat nabati. Rosela oleh masyarakat lokal disebut
Meśta di wilayah tersebut (atau
meshta, karakter '
ś' menunjukkan suara sh/sy seperti pada kata
she dalam bahasa Inggris dan
syukur
dalam bahasa Indonesia). Sebagian besar produksi serat yang dihasilkan
dari rosella dikonsumsi secara lokal. Namun serat (serta stek atau
puntung) dari tanaman rosella memiliki permintaan besar di berbagai
serat alami dalam dunia industri.
Rosela atau
asam paya[2]merupakan
tanaman yang relatif baru dalam dunia industri di Malaysia. Rosela
diperkenalkan pada awal 1990-an dan penanaman komersial pertama kali
dipromosikan pada tahun 1993 oleh Departemen Pertanian di
Terengganu.
Areal yang ditanami adalah sekitar 12,8 ha (30 hektare) pada tahun
1993, tetapi dapat terus meningkat menjadi 506 ha pada (1.000 hektare)
pada tahun 2000. Areal yang ditanami sekarang kurang dari 150 ha (400
hektar) per tahun, di Malaysia umumnya rosela ditanam dengan dua
varietas utama.
Terengganu
adalah wilayah yang pertama dan dipersiapkan untuk menjadi produsen
terbesar di Malaysia, namun produksi rosela sekarang telah menyebar ke
wilayah-wilayah lain di Malaysia. Walaupun luas lahan semakin berkurang
selama satu dekade terakhir atau lebih, rosela menjadi semakin dikenal
oleh masyarakat luas sebagai minuman kesehatan yang penting di Malaysia.
Untuk sebagian kecil, rosela juga diolah menjadi acar manis, jeli dan
juga selai.
Khasiat
Khasiat rosela antara lain untuk menurunkan
asam urat,
Hipertensi,
Diabetes mellitus, memperbaiki metabolisme tubuh, melangsingkan Tubuh, menghambat sel
kanker, mencegah
sariawan dan panas dalam, menambah vitalitas, meredakan batuk, mencegah
flu,
antioksidan,
antihipertensi,
antikanker, antidepresi,
antibiotik, aprodisiak, diuretik (peluruh kencing), sedatif, tonik, dan menurunkan absorpsi alkohol.
Pemanfaatan kelopak bunga Rosela sudah dikenal dan diteliti baik oleh
pakar kesehatan modern maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai
negara di dunia. Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat
penting yang diperlukan oleh tubuh, seperti
vitamin C,
vitamin A, protein esensial,
kalsium, dan 18 jenis
asam amino, termasuk
arginina dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.
Secara tradisional, ekstrak kelopak rosela berkhasiat sebagai
antibiotik,
aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), diuretik (melancarkan buang
air kecil), pelarut, sedativ (penenang), dan tonik. Sebuah penelitian
yang dilakukan ilmuwan Chung San Medical University di
Taiwan,
Chau-Jong Wang, konsumsi rosela digunakan sebagai salah satu cara baru
untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Flora ini terbukti secara
klinis mampu mengurangi jumlah plak yang menempel pada dinding pembuluh
darah. Tidak hanya itu, rosela juga memiliki potensi untuk mengurangi
kadar kolesterol jahat yang disebut
LDL dan
lemak dalam tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa rosela juga bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi (tekanan darah tinggi), membantu program diet bagi penderita kegemukan (
obesitas),
melancarkan peredaran darah, menurunkan demam umum, melancarkan dahak
bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan untuk melancarkan buang air
besar.
Ditinjau menurut sudut pandang medis modern (kedokteran), mengonsumsi
olahan kelopak bunga rosela secara teratur menunjukkan kesetaraan hasil
dengan pengobatan modern (farmakologis) pada beberapa penyakit berikut
ini:
Sebagai Terapi Hipertensi
Pemberian ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6 miligram
anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan darah yang hampir sama dengan pemberian
captopril 50 mg/hari. Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52 liter air (
Herrera-Arellano,
2004). Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,2 % dan
tekanan diastolik sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh rosela selama
12 hari pada 31 penderita
hipertensi sedang (Haji Faraji, 1999).
Asam Urat dan Kesehatan Ginjal
Tingginya kadar
asam urat,
kalsium dan
natrium dalam darah secara mekanisme normal tubuh akan dikurangi dengan membuang kelebihan unsur tersebut melalui
ginjal.
Jika kondisi demikian dibiarkan berlangsung lama akan memberatkan kerja
ginjal sebagai penyaring darah dalam tubuh. Kondisi ini dapat memicu
kesakitan pada ginjal. Dengan mengonsumsi rosela, ditemukan penurunan
kreatinin,
asam urat,
sitrat, tartrat,
kalsium,
natrium, dan
fosfat dalam urin pada 36 pria yang mengonsumsi jus rosela sebanyak 16-24 g/dl/hari (Kirdpon, 1994).
Khasiat Lebih jauh
Rosela diketahui memiliki kandungan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai
antioksidan sebanyak 23,10 mg dalam setiap gram bobot kering kelopak rosela. Sejumlah
antioksidan
yang dikandung rosela tersebut memiliki aktivitas 4 kali lebih tinggi
dibanding bubuk kumis kucing. Penelitian yang dilakukan oleh Ir Didah
Nur Faridah MSi, periset Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut
Pertanian Bogor, menunjukkan bahwa kandungan
antioksidan
yang dimiliki oleh kelopak rosela terdiri atas senyawa gossipetin,
antosianin, dan glukosida hibiscin yang mampu memberikan perlindungan
terhadap berbagai penyakit degeneratif (akibat proses penuaan) seperti
jantung koroner, kanker, diabetes melitus, dan katarak.
Peneliti
Faculty of Agriculture, Kagoshima University,
De-Xing Hou menemukan adanya kandungan
delphinidin 3-sambubioside dan
cyanidin 3-sambubioside,
antosianin pada rosela yang ampuh mengatasi kanker darah alias
leukeimia. Cara kerjanya adalah dengan menghambat terjadinya kehilangan
membran mitokondrial dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke sitosol.
Jika molekul mengandung elektron seperti guanin DNA terserang,
kesalahan replikasi
DNA mudah terjadi. Kerusakan
DNA memicu oksidasi LDL,
kolesterol,
dan lipid yang berujung pada penyakit ganas seperti kanker dan jantung
koroner. Namun, antioksidan yang dikandung rosela meredam aksi radikal
bebas yang menyerang molekul tubuh yang mengandung elektron. Secara
singkat, adanya mekanisme tersebut menjelaskan bagaimana
antioksidan yang terdapat dalam kelopak rosela menghambat pertumbuhan sel kanker dan kejadian penyakit jantung koroner.
Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, rosela juga terbukti dapat
menurunkan kadar trigliserida dan LDL-kolesterol dalam darah. Penelitian
terhadap efek kerabat bunga sepatu itu terhadap kegemukan juga
dilakukan oleh Sayago-Ayerdi SG dari
Department of Nutrition,
Universidad Complutense de Madrid, Spanyol. Menurut Sayago rosela
mengandung 33,9% serat larut yang membantu meluruhkan lemak. Kendati
demikian,kadar keasaman (pH) seduhan rosela mencapai 3,14 sehingga perlu
diwaspadai reaksi lambung untuk pengidap
maag, karena kemungkinan memiliki efek merugikan.
Pengolahan dan Pemanfaatan
Minuman yang terbuat dari bunga rosela
Kesalahan dalam pengolahan dan penyimpanan akan berpengaruh terhadap
efektifitas kandungan zat dalam rosela. Tentu saja hal tersebut mampu
menurunkan kemanfaatan terhadap tubuh dan efek dari mengonsumsi rosela
seperti yang kita harapkan tidak muncul. Kerusakan yang berdampak pada
hilangnya manfaat kandungan zat aktif dalam rosela sebenarnya sangat
mudah untuk dikenali. Rosela yang telah hilang kemanfaatannya dikenali
melalui warna dari seduhan kelopak rosela. Tidak adanya warna merah
anggur khas rosela dalam seduhannya menunjukkan
antosianin
(zat aktif dalam rosela, red.) telah terdegradasi dan khasiatnya pun
sudah tidak ada lagi. Hal ini terjadi pada hasil olahan rosela yang
berbentuk sirup dalam botol kaca bening yang terkena sinar matahari
langsung.
Teh
Untuk mendapatkan khasiat terbaik dalam kelopak rosela sebenarnya
tidak sulit. Untuk mendapatkan teh rosela, bunga yang sudah dipetik,
dijemur di bawah terik matahari selama 1-2 hari agar memudahkan
pemisahan lidah kelopak dengan bijinya. Kemudian cuci air bersih dan
jemur kembali selama 3-5 hari. Remas kelopaknya, jika mudah menjadi
bubuk artinya kadar air telah mencapai 4-5%. Seduh 2-3 g teh rosela
dengan air mendidih hingga larut dan air berubah menjadi kemerahan.
Untuk diet, penderita batuk, atau diabetes gunakan gula rendah kalori
seperti gula jagung. Atau setelah dipisahkan dari bijinya, bunga segar
rosela yang telah dicuci dapat langsung diseduh dengan air panas.
Di
Afrika, khususnya di
Sahel,
rosela umumnya digunakan untuk membuat teh manis herbal yang biasa
dijual di jalanan. Bunga-bunga kering dapat ditemukan di pasar-pasar
setempat. Teh Rosella juga cukup mudah dijumpai di
Italia, di mana tanaman ini menyebar pada dekade pertama abad ke-20 sebagai produk khas dari
koloni Italia. Di
Trinidad dan Tobago di mana banyak diproduksi bir, di sini memproduksi
Shandy Sorrel yaitu minuman teh dikombinasikan dengan bir.
Di Thailand, Rosella diminum sebagai teh, diyakini juga mengurangi
kolesterol. Hal ini juga dapat dibuat menjadi anggur, rosella biasanya
ditemukan dalam teh herbal yang dijual di pasaran, khususnya teh yang
diiklankan sebagai
berry-flavored, karena rosella bisa memberikan warna merah cerah untuk makanan dan minuman.
Selai
Di
Afrika,
rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang
terkandung dalam kelopak rosela. Rosela juga bisa dibuat salad buah yang
dimakan mentah. Dapat juga dikonsumsi dengan kacang tumbuk atau direbus
sebagai pengisi kue sesudah dimasak dengan gula. Kerap bisap-sebutan
rosela di
Senegal
disuguhkan sebagai minuman tradisional saat natal. Caranya, kelopak
rosela dicampur irisan jahe dan gula lalu ditaruh pada teko tembikar.
Setelah itu dididihkan dan diamkan semalam. Disajikan dengan menambahkan
es dan rum, ‘Jus’ itu berasa, beraroma, dan berwarna mirip minuman
anggur.
Sayuran
Dalam masakan
Andhra [4],
cannabinus Hibiscus atau rosella disebut dengan nama
Gongura yang secara luas digunakan sebagai masakan. Daun rosella diolah dengan cara dikukus bersama dengan lentil
[5] dan dikonsumsi sebagai
Dal [6] atau
bubur. Masakan tersebut juga dicampur dengan
rempah-rempah dan dibuat menjadi
Pacchadi.
Obat
Banyak bagian dari tanaman juga diklaim memiliki nilai herbal dalam
hal obat-obatan. Mereka telah digunakan untuk tujuan pengobatan seperti
Meksiko melalui Afrika, dan juga dari India hingga menyebar ke Thailand.
Rosella dikaitkan dengan obat tradisional dan dipercaya bisa mengobati
beberapa penyakit seperti
hipertensi dan infeksi saluran kemih.
Fitokimia (senyawa pada tumbuhan)
Tanaman ini mengandung
antosianin,
asam protosatekuat,
asam askorbat,
ekstrak saliks,
[7] glikosida cardiac,
flavonoid,
saponin,
alkaloid,
sardenoleda,
[8] anthocyanins delphinidin-3-O-sambubioside,
cyanidin-3-O-sambubioside,
[9] Rosella kering mengandung
flavonoid gossypetin,
hibiscetine dan
sabdaretine. Pigmen utama yang sebelumnya dilaporkan sebagai
hibiscin telah diidentifikasi sebagai
daphniphylline. Sejumlah kecil
myrtillin (
delphinidin 3-monoglucoside),
Chrysanthenin (
cyanidin 3-monoglucoside), dan
delphinidin juga terdapat pada tanaman ini.